Sajak bekerja yang tidak asal bekerja

(Sebuah Esai Atas Buku Puisi Berjudul Sajak Bekerja Karya Gabriel Kimjuan)
Oleh Moh. Ghufron Cholid

SAJAK BEKERJA demikian Gabriel Kimjuan, seorang penyair Malaysia menamai buku puisinya, yang memuat 50 puisi pilihan dan mempercayakan kelahiran bukunya kepada penerbit Gaksa Enterprise pada tahun 2019. Buku ini lahir dengan menggunakan tangan terampil Indra Kusuma sebagai pembuat ilustrasi isi, gambar sampul dipercayakan kepada Kak Fadli dan Abdul Wafa menjadi seorang penyelaras sampul dan isi hingga akhirnya sampai ke tangan kita setelah diterbitkan.

Saya posting puisi yang diberi judul Sajak Bekerja yang kemudian diperkenalkan sebagai nama buku puisi. Nama yang dipilih penyairnya agar ruh puisi yang ditiupkan ke dalam buku lebih terasa dan bisa dirasakan keberadaannya.

SAJAK BEKERJA

Ingat Tuhan
jadi pedoman
aku doakan
sajak harapan
buat pedoman
jadi pengajaran
setiap insan
kerja bekalan
buat tatapan
masa hadapan

Taman Mutiara
Labuan, Malaysia
1 Mei 2017

Membaca secara berulang puisi Gabriel, saya menemukan semacam harapan yang disisipkan dalam puisi. Barangkali dengan langkah yang diambil Gabriel apa yang diharap hendak diwujudkan dalam tindakan.

Puisi diposisikan sebagai jalan untuk menaklukkan tiap rintangan guna menggenggam masa depan yang lebih gemilang. Sebagai manusia yang menyukai puisi dan menggelutinya sepenuh yakin, saya kira yang ditempuh Gabriel adalah sesuatu yang wajar.

Sajak Bekerja yang diperkenalkan Gabriel kepada kita, seolah menjadi jawaban bahwa menulis puisi bukanlah pekerjaan yang membuang-buang waktu, melainkan pekerjaan mulia yakni belajar menjadi manusia dan memanusiakan manusia, serta hendak menegaskan bahwa sudah sepatutnya manusia hidup harus memiliki alasan hidup dan target yang hendak dicapai.


Tampaknya sebagai penyair, Gabriel tidak mau selalu tegak di zona aman dan nyaman. Gabriel memposisikan sebagai manusia sosial yang mengamati kehidupan, yang berada di sekitarnya dengan mata tajam dan mata kritis seorang penyair dalam memandang hidup. Hal ini sangat tampak jelas dalam puisi berjudul SAUDAGAR BERHAMBA MANUSIA. Berikut saya posting utuh puisinya:

SAUDAGAR BERHAMBA MANUSIA

Manusia jadi hamba
menunggu detik kematian
saudagar berdagang nyawa
menjadi kaya dari penculikan
kaut untung berjuta-juta.

Hati membusuk kejahatan
lalui jalan dosa
yang semakin kesempitan
hindarilah sebelum tiada
kerana Tuhan melihat kelakuan.

Bila ada rasa cinta
berkerja dalam pembunuhan
bagai hati sudah terhina
hilang sifat kewarasan
dalam penjara selamanya

Hasil Nukilan
Feri Galaxy
(Menumbok – Labuan)
Sabah, Malaysia
5 November 2017

Mata kritis penyair Malaysia bernama Gabriel Kimjuan seakan tak ingin berkompromi dengan segala bentuk ketidakpatutan dalam menjalani hidup. Bahwa dalam bekerja kita mesti menghidupkan Tuhan agar hati kita tidak mati, agar langkah dan laku kita terarah menuju arah hidup yang baik.

Gabriel bersuara sangat lantang dalam puisi berjudul Saudagar Berhamba Manusia lantaran menginginkan hidup yang lebih baik dengan cara-cara yang baik. Bisa juga puisi ini dijadikan landasan bahwa penyair dengan puisinya telah melakukan kerja-kerja kemanusian. Memandang dengan mata kritis kepada ketakpatutan laku yang demi meraih kebahagiaan sesaat telah mengambil langkah pintas yang hanya menghasilkan hati yang tersayat.

Di sudut yang lain, penyair tak disibukkan dengan dirinya sendiri, ianya masih memikirkan tentang hidup orang lain, tentang hidup bernegara mari kita simak penuturan penyair, Rumah Malaysia/sebuah tanggunjawab bersama/memerintah dengan penuh setia/rakyat suka rakyat sejahtera/penuhi impian yang bertaktha/dari dulu hingga zaman milenia/perjuangan segala jasa/ditaburi bunga pusara bangsa//(bait kedua puisi berjudul Keranamu Perdana Mentri).

Buku puisi Sajak Bekerja telah diposikan oleh penyair sebagai penggerak kemanusiaan, penggerak hidup bernegara yang baik, yang ikut berperan aktif memikul tanggung jawab secara bersama-sama bukan ikut serta menyalahkan sesuatu perkara secara berjamaah kepada satu orang. Membela negara, memajukan negara adalah tugas bersama, demikian yang hendak ditegaskan penyair Gabriel lewat puisi berjudul Keranamu Perdana Menteri.

Gabriel Kimjuan lewat buku puisi Sajak Bekerja, tampaknya juga menyoroti bagaimana laku manusia dan laku Tuhan lewat puisi yang diberi judul RAMALAN MANUSIA DI RAMAL TUHAN. Dalam pandangan penyair, alam Tuhan adalah rahmat dapat mengubah dengan cepat satelit di angkasa hebat. Untuk mendapat hidup yang layak dan bahagia, penyair Gabriel menawarkan solusi, yang ditulisnya dalam dua larik penutup yang menjadi semacam pamungkas dalam meraih kebahagiaan, kitab Tuhan harus kita beringat/bahawa dunia semakin tenat//

Dengan kata lain, buku puisi berjudul Sajak Bekerja telah dijadikan media dakwah oleh penyair untuk bekerja yang tidak asal bekerja. Bekerja untuk kemanusiaan dan memanusiakan manusia. Bekerja yang tahu rambu dan tidak asal dalam menerobos jalan.

Di tangan seorang penyair berkebangsaan Malaysia, Sajak Bekerja telah berhasil untuk membuat jalan kebahagiaan, mengetahui batas kemampuan dari jarak terdekat sekaligus sebagai jalan ibadah yang tidak sekedar ibadai, mengakui kelemahan diri dan keagungan rabbul izzati.

Paopale Daya, 24 Mei 2021

Biodata Penulis
Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I, Karya-karyanya tersebar di berbagai media seperti Mingguan Malaysia, New Sabah Times, Mingguan Wanita Malaysia, Mingguan WartaPerdana, Utusan Borneo, Tunas Cipta, Daily Ekspres, Utusan Malaysia, Bali Post, Radar Surabaya, Radar Bekasi, Radar Madura, Koran Madura, Denpos, Tanjung Pinang Pos, Majalah Horison, Majalah SABILI, Majalah QA, Majalah QALAM dll buku puisinya Kamar Hati (Shell-Jagat Tempurung, 2012), Menemukan Allah (Pena House, 2016), Surga yang Dilahirkan (FAM Publishing, 2019), Bekal Termahal Seorang Istri (FAM Publishing, 2019). Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. HP 087850742323

BTN Cabang Bangkalan nomer rekening 0002801580057814 atas nama Moh. Gufron, S.Sos.I

Share via
Copy link
Powered by Social Snap