oleh Ardhi Ridwansyah


Telah terbungkus segala duka,

Dalam perutku yang hina penuh dosa,

Tangis yang menuai perih dan sakit,

Terasa sesak di dada,

Berpadu di jiwa kerontang nan tandus.


Terkoyak lambungku dengan luka,

Berasal dari mulut yang terus,

Menebar teror, menggonggong layaknya anjing,

Menerkam mimpi lalu mencabiknya!


Tiada lagi tawa, dan perih adalah nasi,

Yang terus disantap setiap hari.

Sedang perutku telah kenyang,

Melahap caci maki yang tak terperi.


Jakarta, 2021